Gunung Lawu terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, Lawu memiliki panorama alam yang indah. Banyak
wisatawan minat khusus yang mendakinya. Gunung ini pun kerap disambangi para peziarah karena menyimpan obyekobyek sakral bersejarah.
Tempat sakral di sekitar Gunung Lawu terutama petilasan-petilasan Raden Brawijaya seperti Pertapaan Raden
Brawijaya, dan Cengkup (rumah kecil yang ditengah-tengahnya terdapat kuburan). Konon nisan yang ada di Cengkup itu
adalah Petilasan Prabu Brawijaya, bekas Raja Majapahit yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Lawu. Cangkup dan
tempat pertapaan Raden Brawijaya ini terletak di Hargo Dalem, puncak tertinggi kedua Gunung Lawu.
Di gunung berketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memang menyimpan berbagai peninggalan
sejarah kerajaan Majapahit seperti, Candi Ceto, Candi Sukuh yang merupakan peninggalan Raden Brawijaya selama
dalam pelariannya.
Gunung Lawu adalah gunung yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar terutama penduduk yang tinggal di kaki
gunung. Tidak heran bila pada bulan-bulan tertenu seperti bulan Syuro penanggalan Jawa, gunung ini ramai didatangi
oleh para peziarah terutama yang datang dari daerah sekitar kaki Gunung Lawu seperti daerah Tawamangun,
Karanganyar, Semarang, Madiun, Nganjuk, dan sebagainya.
Mereka sengaja datang dari jauh dengan maksud terutama meminta keselamatan dan serta kesejahteraan hidup di
dunia. Lokasi yang dikunjungi para peziarah terutama tempat yang dianggap keramat seperti petilasan Raden Brawijaya
yang dikenal oleh mereka dengan sebutan Sunan Lawu. Selain itu Sendang Derajat, Telaga Kuning, dan sebagainya.Peninggalan-peninggalan besejarah itu menjadi salah satu saksi sejarah bahwa bangsa kita sejak dahulu berbudaya
tinggi oleh karenanya patut dilestarikan karena memberi nilai lebih pada gunung ini.
Di puncak Gunung Lawu ini, menurut cerita yang berkembang di masyarakat yang tinggal di kaki, bahwa Raden
Brawijaya lari ke Gunung lawu untuk menghindari kejaran pasukan Demak yang dipimpin oleh putranya yang bernama
Raden Patah, serta dari kejaran pasukan Adipati Cepu yang menaruh dendam lama kepada Raden Brawijaya. Konon
Raden Brawijaya meninggal di puncak Gunung Lawu ini dibuktikan dengan adanya Cengkup serta petilasanpetilasannya di puncak Gunung Hargo Dalem dengan ketinggian 3.148 mdpl.
Menurut kisah, setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, muncul kerajaan Islam yang berkembang cukup pesat yaitu
Kerajaan Demak yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raden Patah, masih merupakan putra Raden Brawijaya.
Beliau menjadikan Kerajaan Demak menjadi kerajaan besar di Jawa. Pada saat itu Raden Patah bermaksud mengajak
ayahnya yaitu Raden Brawijaya memeluk agama Islam, akan tetapi Raden Brawijaya menolak ajakan anaknya untuk
memeluk ajaran yang dianut Raden Patah.
Raden Brawijaya tidak ingin berperang dengan anaknya sendiri dan kemudian Raden Brawijaya melarikan diri.
Penolakan ayahnya untuk memeluk agama Islam membuat Raden Brawijaya terus dikejar-kejar oleh pasukan Demak
yang dipimpin oleh Raden Patah. Untuk menghindari kejaran pasukan Demak, Raden Brawijaya melarikan diri ke daerah
Karanganyar.
Disini Raden Brawijaya sempat mendirikan sebuah candi yang diberi nama Candi Sukuh yang terletak di Dusun Sukuh
Desa Berjo Karanganyar. Tetapi belum juga merampungkan candinya, Raden Brawijaya keburu ketahuan oleh pasukan
Demak, pasukan Demak dan pengikut-pengikut Raden Patah terus mengejarnya sehingga Raden Brawijaya harus
meninggalkan Karanganyar dan meninggalkan sebuah candi yang belum rampung.
Kemudian Raden Brawijaya melarikan diri menuju kearah timur dari Candi Sukuh. Di tempat persembunyiannya, Raden
Brawijaya sempat pula mcndirikan sebuah Candi, tetapi sayang tempat persembunyian Raden Brawijaya akhirnya
diketahui oleh Pasukan Demak. Raden Brawijaya melarikan diri lagi dengan meninggalkan sebuah candi yang sampai
sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Candi Ceto. karena merasa dirinya telah aman dari kejaran Pasukan
Demak, Raden Brawijaya sejenak beristirahat akan tetapi malapetaka selanjutnya datang lagi kali ini pengejaran bukan
dilakukan oleh Pasukan Demak tetapi dilakukan oleh pasukan Cepu yang mendengar bahwa Raden Brawijaya yang
merupakan Raja Majapahit bermusuhan dengan kerajaan Cepu masuk wilayahnya sehingga dendam lama pun timbul.
Pasukan Cepu yang dipimpin oleh Adipati Cepu bermaksud menangkap Raden Brawijaya hidup atau mati. Kali ini
Raden Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu menghindari kejaran Pasukan Cepu tapi tak satu pun dari pasukan
Cepu yang berhasil menangkap Raden Brawijava yang lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Didalam persembunyian di Puncak Gunung Lawu, Raden Brawijaya merasa kesal dengan ulah Pasukan Cepu lalu ia
mengeluarkan sumpatan kepada Adipati Cepu yang konon isinya jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau dari
keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka atau mati di Gunung Lawu. Dan
katanya bahwa sumpatan dari Raden Brawijaya ini sampai sekarang tuahnya masih diikuti oleh orang-orang dari daerah
Cepu terutama keturunan Adipati Cepu yang ingin mendaki ke Gunung Lawu, mereka masih merasa takut jika
Tempat yang sering didatangi oleh para peziarah selain tempat yang ada di puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah
adalah Sendang Panguripan dan Sendang Drajat. Konon di Sendang Panguripan memiliki kekuatan supernatural. Di
Sendang Panguripan ini sumber airnya sering dimanfaatkan oleh para peziarah untuk mencari kehidupan. Mereka
percaya sumber air yang ada di sana, airnya pernah dimanfaatkan oleh Raden Brawijaya ketika mendaki Gunung Lawu
dan sampai sekarang masyarakat percaya bahwa air yang digunakan oleh Raden Brawijaya di Sendang Panguripan
sangat berkhasiat.
Sama seperti Sendang Panguripan di Sendang Drajat pun airnya sering dimanfaatkan oleh para peziarah. Konon airnya
memiliki kekuatan supernatural untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Disamping kaya dengan sejarah dan misteri Kerajaan Majapahit, Gunung Lawu juga kaya akan berbagai obyek wisata
alam seperti objek wisata alam Tawangmangu dengan air terjun Grojogan Sewu, Telaga Sarangan dengan keindahan
danaunya yang begitu memesona, Candi Ceto dan Candi Sukuh yang merupakan Candi yang dibuat oleh Raden
Brawijaya selama dalam pelarian, serta tidak kalah menariknya adalah wisata alam mendaki Gunung Lawu.
Berbagai fasilitas menuju Puncak Gunung Lawu tersedia dengan baik. Untuk mendaki Gunung Lawu terdapat beberapa
rute Pendakian seperti Cemoro kandang, Cemoro Sewu, Ceto, dan Jogorogo yang memasuki wilayah Ngawi Jawa
Timur. Tetapi disarankan untuk melalui jalur Cemoro Kandang. Kalau melalui Cemoro Kandang waktu yang dibutuhkan
sekitar 9 sampai 10 jam perjalanan pendakian, dan untuk turun dibutuhkan waktu sekitar 5 sampai 6 jam.
Jika melewati Cemoro Kandang terlebih dahulu kita akan melewati beberapa rute pendakian seperti Pos pendakian
Cemoro Kandang, Taman Sari Bawah, Taman Sari Atas, Parang Gupito, Jurang Pangarif-ngarif, Ondorante, Cokro
Srengenge yang termasuk Pos IV serta Pos terakhir yaitu Pos V. Di sini terdapat pertigaan, kalau berbelok ke kanan kita
akan menuju Puncak Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian 3.265 meter dpl, dan jika lurus
kita akan menuju Puncak Hargo Dalem 3.148 meter dpl.
Dari puncak Gunung Lawu kita akan disuguhi peristiwa alam matahari terbit yang indah. Bila memandang kearah Barat
akan tampak terlihat puncak Gunung Merapi, Merbabu. Dan kalau melihat ke arah Timur akan terlihat keindahan Puncak
Gunung Kelud, Butak, dan Gunung Wilis yang membentuk lukisan alam menawan. Jika ingin mendaki menuju Puncak
Gunung Lawu tidak terlalu ramai sebaiknya pada hari Senin sampai Jumat.
Beberapa jenis burung bisa ditemui di kawasan Gunung Lawu, sepcrti Burung Anis, Perjak, Kaca Mata, dan Burung
Kerak. Tumbuhannya antara lain Cemara gunung, Bunga Eidelweiss, Cantigi, pohon karet hutan, Beringin, Rustania,
dan Puspa. Bunga Eidelweiss tumbuh subur terutama di lembah dan lereng Gunung Lawu, mulai dari jalur antara Pos IV
dan Pos V.
Sampai sekarang ekosistem tumbuhan dan binatang yang hidup di kawasan Gunung Lawu masih terjaga dengan baik
karena masyarakat yang tinggal di kaki Gunung merasa takut jika hutannya dirusak, maka penguasa Lawu yakni Sunan
Lawu yang tak lain adalah Sang Prabu Brawijaya, akan marah besar bila ada yang merusak nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan kritik dan sarannya untuk kemajuan blog Khey-Adventures ini. Mohon Maaf !!! Jangan meninggalkan SPAM dalam bentuk apapun, atau komentar Anda akan di hapus...!!!